![]() |
kondisi asrama putri van lith muntilan |
-4 tahun sekali- itu adalah salah satu kalimat yang saya dengar di salah satu stasiun TV tentang pemberitaan erupsi Merapi. 2006 + 4 = 2010. yaa tahun 2010, Merapi Hajatan lagi !! tapi suasana saat ini beda, saya sudah tidak menjadi siswa SMA lagi. Saat ini saya duduk di bangku kuliah, jurusan Ilmu Komunikasi, konsentrasi jurnalistik lagi ..it means that i'm so closer with the media. siang malam pagi sore, nonton TV , baca koran, dengerin radio, buka twitter, buka facebook, buka detik, isinya Merapiii semuaaa :( . kondisi ini jelas berbeda dengan apa yang saya rasakan tahun 2006, saat itu saya menjadi pihak yang "dikhawatirkan" *hehe PD tp saat ini menjadi pihak yang "mengakhawatirkan". .ternyata media massa itu dashyat juga untuk membuat orang merasa khawatir. dan saya mulai berpikir ternyata lebih tenang menjadi korban merapi saat itu daripada penikmat media saat ini. Unfortunately , hajatan Merapi tahun ini ternyata lebih ngeri, lebih dahsyat. sampai -sampai SMA saya dijadikan posko pengungsian. yang awalnya hanya direncanakan sebagai gudang logistik, saat ini pengungsinya sudah mencapai 1500 an jiwa (kalo ga nambah atau mungkin sudah berkurang ). dan sebagai PAVALI atau paguyuban alumni van lith , kami diminta untuk membantu menjadi relawan di sana. kabar- kabur saat itu kota Muntilan menjadi Kota Mati, hujan abu, pasir, bahkan lumpur. pohon- pohon di pinggir jalan tumbang, listrik beberapa hari mati total. pokoknya ngeri. rasa takut, deg- deg an, campur penasaran semuanya jadi satu. antara berangkat atau tidak ? hmm.. karena tak tahan menahan rasa khawatir dan penasaran akhirnya 5 November 2010 pukul 14.00 WIB saya berangkat menuju kota Muntilan. saat itu dikabarkan jalur ke arah jogja ditutup hingga batas waktu yang tidak ditentukan. ternyata benaar kawan! ga ada bis yang beroperasi, alhasil saya dan teman saya naik travel * adanya cuman itu sih menuju Muntilan. selama perjalanan saya tidur dengan pulas, karena hujan yg begitu deras sangat mendukung untuk merem. memasuki Kota Magelang saya sengaja membuka mata dan bangun. .Ya Tuhan atmosfir yang saya lihat benar -benar seperti kota mati, apalagi memasuki kota muntilan, ada satu kata yang menurut saya cukup menggantikan apa yang saya rasakan saat itu Mencekam :( 16.30 WIB saya tiba di SMA saya dan tertegun melihat aula, kapel, bangsal, dan kelas -kelas yang dulunya saya gunakan untuk belajar ,saat ini diisi oleh ratusan bahkan ribuan pengungsi :( ,rasa penasaran saya terjawab sudah. saya sudah merasakan bagaimana mencekamnya keadaan disana (sama sekali berbeda dengan apa yang saya rasakan dulu) *maap ya media, tadi saya terlalu memojokanmu hehe. sibuk, riweh, riuh, penuh, itu yang saya rasakan saat saya berada di posko. tapi dalam hati saya sempat tersenyum melihat teman- teman alumni bahu membahu secara tulus, ga sempet mikir kuliah, tugas, pacar, dan urusan masing -masing, demi mengurus pengungsi. hmm kalo anak alay bilangnya "so sweeet banget" haha. yang kami pikirkan saat itu hanya bagaimana caranya mencukupi kebutuhan pengungsi yang ada disana. ga peduli kita ga makan, kita ga mandi berapa hari (karena mengalami kesulitan aer bersih)
![]() |
situasi pengungsian di kapel SMA vanlith |
yang penting bisa melihat pengungsi tersenyum :) 4 hari 3 malam saya berada di kota muntilan, akhirnya saya kembali ke kota asal untuk kembali kuliah. saya pulang dengan sejuta kisah dan pengalaman hidup. tanggal 8 November saya sampai di kota tujuan karena harus mengikuti UTS. dan cerita selesai. saya berharap bencana ini akan segera selesai dan daerah sekitar Merapi kembali hijau. amin. :)
EmoticonEmoticon