Saat ini, kita tentu sudah sangat familiar dengan kata media massa. Media massa itu sendiri adalah alat komunikasi baik cetak maupun elektronik yang membawa pesan kepada khalayak luas, misalnya televisi, radio, surat kabar, dan lain sebagainya. Karena kemampuan dan juga kegunaanya bagi kita, media massa saat ini bisa disebut telah menjadi salah satu aspek utama dalam kehidupan sehari-hari kita. Banyak orang yang merasa kurang puas jika dalam satu hari saja belum mengkonsumsi media massa, entah itu menonton TV, membaca surat kabar, menedengarkan radio, ataupun mengakses media massa online seperti misal detik.com ataupun kompas.com. Yang ditawarkan oleh media massa pun bermacam-macam, mulai dari berita atau informasi, pendidikan atau edukasi, norma-norma masyarakat, dan juga tak ketinggalan hiburan. Semua fungsi media massa itu telah memberikan efek yang bermacam-macam kepada masyarakat. Salah satu efek terbesarnya adalah, terbentuknya opini publik. Salah satu fungsi dari media massa itu sendiri adalah membentuk opini publik, jadi secara langsung maupun tidak langsung, media massa bisa mempengaruhi cara pikir bahkan tindakan masyarakat yang mengkonsumsinya. Opini publik itu sendiri terbentuk bisa dengan cara menyebarkan informasi secara berkala kepada publik atau masyarakat. Jadi secara tidak langsung pembentukan opini publik di masyarakat bisa direncanakan. Hampir di semua aspek kehidupan yang dibahas oleh media massa, bisa dibentuk opini publik. Salah satunya adalah aspek politik. Pada essai kali ini akan dibahas secara khusus mengenai bagaimana perdebatan atau pembahasan suatu isu politik di media massa bisa mempengaruhi opini publik.
Semua pasti tahu tentang pemilu legislatif tahun 2009, mulai dari kampanye dan juga promosi para caleg bahkan capres dan cawapres terpilih, telah berhasil menggemparkan kehidupan bangsa ini. Pada saat itu, fokus masyarakat indonesia yang tadinya berfokus pada isu-isu lain, seakan-akan dialihkan dan semuanya terlihat tertuju pada isu pemilu. Memang pemilu merupakan momen yang bisa dibilang bersejarah bagi bangsa. Mengingat para calon terpilih nantinya akan memiliki tanggung jawab besar dalam membawa Bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik, maka masayarakat pun tak ingin salah pilih. Tentu saat itu yang diperlukan oleh masyarakat adalah informasi-informasi yang tentu berkaitan sehubungan dengan perkembangan pemilu yang ada, mulai dari nama calonya, bagaimana kinerja calonnya, bagaimana perkembangna partai politik yang dinaunginya, dan informasi lainya yang bisa menunjukan apakah calon tersebut pantas dipilih menjadi pejabat bangsa ataukah tidak. Keadaan ini tentu tidak bisa dikesampingkan begitu saja, terlebih bagi media massa. Situasi ini justru menjadi layaknya ladang segar bagi kinerjanya. Mengingat fungsinya sebagai pemberi informasi, media massa sudah seharusnya memberikan “update an” berita ataupun informasi mengenai pemilu dan hal-hal yang terkait, kepada publik. Media massa itu sendiri menurut Habermas, adalah merupakan ruang publik. Menurut Habermas (1997 : 27) , Ia mengungkapkan bahwa tiap-tiap individu berhak dan memiliki hak yang sama untuk masuk ke dalam public shere. Tiap-tiap orang pada dasarnya sebagai individu yang privat, bukan sebagai orang yang dengan kepentingan bisnis atau politik tertentu. Adanya jaminan bagi mereka untuk berkumpul dan mengekspresikan ide dan gagasan serta pendapat secara bebas tanpa ada perasaan takut atau tekanan dari pihak manapun. Jika dikaitkan dengan pendapat Habermas di atas, bisa dikatakan bahwa media massa pun memfasilitasi adanya interaksi atas gagasan atau ide yang dimiliki oleh individu dalam masyarakat. Dengan kata lain media massa memberikan tempat untuk terjadinya perdebatan publik. Yang penulis maksud tentang perdebatan disini adalah adanya perbedaan cara pandang tentang suatu isu. Media massa seakan-akan berperan sebagai “sutradara” dalam menjalankan debat publik tersebut hingga akhirnya membentuk opini publik.
Kita bisa mnelusuri lebih dalam lagi mengenai pembahasan ini lewat contoh kasus berikut. Tentu kita semua telah bersama-sama melewati masa pilpres tahun 2009. Berfokus pada tiga calon yang berbeda yaitu Susilo Bambang Yudhoyono sebagai capres dari partai politik Demokrat, pada awalnya beliau menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia pada tahun 2000-2001, selain itu beliau juga sempat menjabat menjadi Menteri Energi dan sumber Daya Mineral Republik Indonesia, dan terakhir beliau menjabat menjadi Presiden Republik Indonesia periode 2004-2009, pembawaanya yang berwibawa dan bijaksana merupakan salah nilai tersendiri bagi pribadi ini. Yang kedua adalah Megawati Soekarno Putri, pada periode tahun 1999-2001, menjabat sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan sejak tahun 1999, kemudian pada periode selanjutnya beliau merupakan mantan orang nomer satu di Indonesia pada periode 2001-2004, kemudian pada tahun 2009 ia menjadi calon presiden, calon ini merupakan putri dari Presiden Soekarno yang merupakan bapak bangsa yang memiliki andil terbesar dalam kemerdekaan Indonesia, status ini terkadang dianggap menjadi nilai plus bagi calon ini. Kemudian capres yang terakhir adalah Jusuf Kalla, beliau berasal dari Partai Golongan karya dan berlatar belakang menjadi seorang pengusaha atau pedagang, beliau pernah menjadi mentri perdagangan pada periode 1999-2000, yang juga pernah menjabat sebagai wakil presiden, mendampingi Preseiden Susilo Bambang Yudhoyono pada periode 2004-2005, namun pada Rapat Pimpinan Nasional Khusus Partai Golkar, Ia ditetapkan sebagai calon presiden dalam pemilu tahun 2009, pembawaanya yang santai dan bersahabat bisa diangkat menjadi salah satu poin plus untuk beliau. Masing- masing calon tentu memiliki karakteristik dan juga spesifikasi yang berbeda-beda, seperti misal SBY yang berlatarbelakang militer, berbeda dengan Jusuf Kalla yang berlatarbelakang seorang pengusaha. Selain itu masing-masing calon juga memiliki kontribusi yang berbeda-beda dalam membangun Indonesia. Dalam hal ini, media massa terus-menerus meng “update” dan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai masing-masing calon, tak ketinggalan media massa juga memaparkan informasi mengenai tentang apa saja yang telah dilakukan oleh masing-masing calon, tak terkecuali jika masing-masing calon memiliki kekurangan ataupun telah melakukan tindakan yang mencoreng citranya. Semua itu dilakukan oleh media massa, agar masyarakat bisa mendapatkan gambaran informasi secara gamblang mengenai calon yang akan mereka pilih, karena hal itu pula yang akan mempengaruhi atau menentukan perkembangan dan kemajuan Bangsa Indonesia ke depanya. Tidak hanya itu saja, media massa pun berusaha memberitakan semua aspek yang berhubungan dengan pilppres, tidak hanya memberitakan tentang calon presiden saja, melainkan juga memberitakan calon wakil presiden yang dinilai juga mempengaruhi kinerja presiden dalam memanajemen bangsa ke depanya. Hal ini juga bertujuan agar masyarakat tidak hanya menilai satu isu dari satu sisi saja melainkan dari berbagai macam sisi. Cawapres terpilih pada pilpres periode tersebut adalah sebagai berikut. Yang pertama adalah Boediono, beliau pernah menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada tahun 1998-1999, Menteri keuangan Republik Indonesia pada periode 2001-2004, Menteri koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia pada massa 2005-2008, Gubernur Bank Indonesia tahun 2008-2009, dan yang terakhir pada pilpres tahun 2009, Ia menjadi cawapres untuk mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono. Yang kedua adalah Prabowo Subianto, Letnan Jendral ( Purn ) ini merupakan ketua umum partai gerindra yang gencar melakukan kampanye elektronik melalui media televisi dengan mengusung masalah pertanian, karena beliau merupakan ketua HKTI, dan pada pilpres 2009, ia menjadi cawapres untuk mendampingi Megawati Soekarno Putri. Yang ketiga adalah Wiranto, Jendral TNI ( Purn ) ini merupakan Ketua Umum Partai Hanura ( Hati Nurani Rakyat), beliau juga pernah menjabat menjadi Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia .
Bisa diambil salah satu contoh sisi pemberitaan yang mempengaruhi masyarakat adalah mengenai sisi pemberitaan tentang salah satu cawapres yaitu Prabowo Subianto yang memiliki beberapa jejak kriminalitas sebelum ia menjadi calon wakil presiden untuk mendampingi Megawati, di antaranya adalah pada tahun 1997, beliau diduga kuat mendalangi penculikan dan penghilangan paksa terhadap sejumlah aktivis pro-Reformasi, sehingga tokoh-tokoh seperti Widji Thukul, Herman Hendrawan, Petrus Bima masih hilang dan belum diketemukan hingga sekarang, selain itu pada tahun 1998, beliau juga diduga kuat menjadi dalang Kerusuhan Mei 1998, dengan dugaan motifnya pada saat itu adalah untuk mendiskreditkan rivalnya Pangab Wiranto untuk menyerang etnis minoritas, dan untuk mendapatkan simpatidan wewenang lebih dari Soeharto bila kelak Ia mampu memadamkan kerusuhan. Informasi- informasi di atas merupakan contoh isi pemberitaan yang diberitakan oleh media massa terkait dengan isu pilpres, karena masyarakt tentu juga sangat membutuhkan informasi mengenai riwayat tokoh-tokoh calon pemimpin terpilih, selain itu media massa juga memaparkan tentang sisi lain isu pilpres ini, lewat masalah ataupun kontroversi yang ada media massa secara tidak langsung mulai membuka sebuah ruang publik yang disediakan bagi masyarakat untuk berinteraksi membahas isu yang ada, misalkan saj masalah kriminalitas Prabowo, karena media massa berfungsi membentuk opini publik, maka perdebatan yang terjadi tentang masalah Prabowo ini, pada akhirnya akan mempengaruhi khalayak atau masyarakat pengkonsumsi media, dalam membentuk pola pikir mereka, tidak hanya itu saja, pembentukan opini publik ini juga bisa berpengaruh pada pembentukan tindakan atau respon atas suatu isu,. Jika dikaitkan pada kasus ini, maka perdebatan tentang Prabowo yang telah dijalankan oleh media massa, menyebabkan masyarakat menjadi kurang senang pada sosok ini, karena mereka berpikir jika Bangsa ini dipimpin oleh sosok yang dulunya pernah bermasalah, maka negara kita pun akan ikut bermasalah. Lebih jauh lagi mengenai pembentukan tindakannya adalah masyarakat menjadi mengambil keputusan untuk tidak memilih pasangan capres dan cawapres Megawati-Prabowo, dengan alasan tersebut. Inilah salah satu contoh perdebatan publik yang dijalankan oleh media massa yang pada akhirnya membentuk opini publik.
Contoh kasus lain, yang mana merupakan kasus lanjutan yaitu seputar proses pemilihan dan penentuan presiden dan wakil presiden periode 2009-2014. Lebih jauh lagi, perjuangan ketiga calon yang ada, mulai dari kampanye baik secara fisik maupun melalui media massa baik cetak, online, maupun elektronik., telah menghasilkan respon yang berbeda-beda dari masyarakat. Respon yang diberikan bisa berupa dukungan, kritikan, maupun cercaan. Semuanya itu hanya merupakan efek reflektif atas kinerja tiap-tiap calon. Dalam situasi ini kinerja media massa kembali dipertaruhkan, media massa mulai gencar memberitakan mengenai informasi persiapan kampanye, dana kampanye, dan hal-hal atau informasi lain yang terkait. Di sini mulai muncul lagi ruang perdebatan bagi publik, melalui pemberitaan yang dilakukan oleh media massa, publik mulai memiliki penilaian yang berbeda-beda tentang masing-masing calon, dan pada akhirnya mempengaruhi pikiran dan tindakan publik itu sendiri. Sesungguhnya, Untuk membentuk opini publik yang ada, adalah cukup disesuaikan dengan kepentingan atau informasi yang diinginkan oleh publik itu sendiri, maka pembentukan opini publik oleh media massa, tak jarang sering disebut-sebut bisa direncanakan. Misalnya, jika ingin membentuk citra yang baik tentang Partai A, maka media massa tinggal mengekspos terus-menerus kiprahnya yang baik-baik. Dengan demikian, opini publik dapat mengandung kesan positif maupun negatif, tergantung pada kepentingan orang atau lembaga yang mengarahkan media untuk mencitrakan kesan tersebut.
Dalam kasus pilpres tahun 2009, masyarakat dinilai lebih mengenal partai oleh karena pemberitaan yang telah diberitakan media massa, seperti yang telah disebutkan di atas. Dalam masalah ini, media massa memiliki peran yang sangat penting, karena mereka memiliki tanggungan untuk bisa memberitakan semua informasi tentang para calon dan seputar pilpres 2009. Dalam pemilu media juga dapat memperngaruhi perilaku memilih, masyarakat. media massa mampu mempengaruhi karena media massa mengutakan pemilihan suar itu sendiri. Peran utama media dalam suatu pemilihan umum ialah menfokuskan perhatian masyarakat pada kampanye yang sedang berlangsung serta berbagai informasi seputar kandidat dan isu politik lainnya. Walaupun dampak yang dihasilkan mungkin tidak secara langsung, namun masyarakat nantinya akan membuat suatu penilaian terhadap pihak maupun cara yang ditempuh untuk memenangkan pemilihan, atau isu-isu panas yang diperdebatkan. Pemberitaan berkala yang selalu di “update” oleh media massa seputar pemilu atau laporan berdasarkan survei secara random dapat memperkuat penilaian masyarakat, terutama tentang siapakah yang akan menjadi pemenang . Namun sesungguhnya hasil poling yang ada itu belum tentu merupakan representasi sesungguhnya dari keseluruhan masyarakat Indonesia.
Namun sekali lagi, ditekankan disini bahwa media massa sebagai penghantar informasi kepada khalayak melalui alat komunikasi baik cetak maupun elektronik., memiliki beberapa fungsi. Fungsi yang ada diantaranya, fungsi informasi, fungsi edukasi, normatif, dan juga menghibur. Selain itu media massa berperan dalam membentuk opini publik. Dari contoh kasus di atas, mengenai kasus pilpres ataupun pemilu, media massa sebagai ruang publik dinilai bisa menjalankan perdebatan publik yang nantinya akan membentuk opini publik.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon